Minggu, 15 Februari 2009

Testimoni - Senangnya bisa akrab dan berbagi cerita dengan anakku

Assalamu'alaikum,wr,wb.
Apa kabar orang tua shalih? Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
kita kekuatan dan kesabaran dalam membesarkan putera-puteri kita,
calon pejuang dan pemimpin di masa yang akan datang.
Menyenangkan sekali membaca semua surat yang masuk dari milis ini,
seakan mengingatkan kita untuk senantiasa bersyukur dan selalu
bersemangat dalam menjadi orangtua.
Banyak do'a,keinginan,harapan,dan cita-cita yang kita miliki bagi
putera-puteri kita. Iman yang teguh, ilmu yang bermanfaat, harta
yang cukup, pasangan hidup dan anak-anak yang membahagiakan adalah
sebagian dari hal yang senantiasa kita minta untuk mereka. Begitu
juga dengan saya. Terinspirasi oleh kisah nyata yang dialami oleh
kakak kelas dulu sewaktu kuliah, saya memiliki harapan sederhana
untuk putera tercinta. Harapan saya, diusianya yang ke-25 nanti dia
telah berpendidikan, berpenghasilan dan siap menikah.
Kenapa 25? Perhitungannya sederhana, kalau dia InsyaAllah berhasil
menyelesaikan kuliahnya tepat waktu, dan berpenghasilan (bukan
mencari pekerjaan) sesudahnya rasanya cukup. Menikah usia 25?
Hei..bukankah Rasulullah pun mencontohkan itu.
Hal-hal ini beberapa kali saya bicarakan dengan anak saya walaupun
usianya baru menjelang 6 tahun...he..he..he..jangan berpandangan
aneh dulu soalnya saya dapat referensi dari beberapa sumber yang
kompeten bahwa anak sedini mungkin harus dikenalkan dengan fungsi-
fungsi keluarga. Bahwa sebagai laki-laki (walaupun masih kecil),
saya tanamkan ide dikepalanya bahwa suatu hari nanti dia akan tumbuh
besar, sekolah, bekerja dan menikah.
Sekali waktu ketika omong-omong santai kami sampai ke topik
tersebut, anakku menjawab kalau selesai sekolah nanti dia akan
menikah dulu baru bekerja...walah...ketika aku tanya kenapa eh...dia
malah balik nanya, emangnya nggak boleh gitu mi? akhirnya aku
jelaskan bahwa kalau sudah menikah nanti ihsan (nama anakku) akan
seperti abi, punya isteri punya anak, dia juga menambahkan punya
pegawai..(karena dia lihat abinya punya beberapa pegawai yang
bekerja di kantor yang kebetulan letaknya didepan rumah kami) dan
harus bertanggungjawab untuk itu.
Setelah itu dengan malu-malu dia tanya, Ihsan nanti menikahnya sama
siapa mi? hua...ha..ha.. pengennya sih ketawa gede-gede tapi karena
aku melihat ekspresi wajah serius plus lucunya saya menahan
diri,takutnya dia tersinggung nanti. Akhirnya aku jelaskan bahwa
dengan siapa dia menikah nanti itu adalah ketetapan Allah SWT, bahwa
dia hanya perlu berusaha sebaik-baiknya menjadi yang terbaik agar
nanti pun mendapatkan yang terbaik.
Kemudian dia bertanya lagi, nanti kalau ihsan mau menikah Ummi yang
cariin atau Ihsan cari sendiri (calon isterinya)? dengan tersenyum
aku jawab bahwa dia boleh mencari sendiri tapi ummi juga akan
bantuin. Dengan serius dia bilang ummi aja deh yang cariin, saya
jawab boleh-boleh aja...hua..ha..ha..
Percakapan ditutup dengan satu pertanyaan yang mengejutkan, mi ihsan
boleh nggak nantinya menikah sama Afina (nama salah satu temannya di
TK)? Walah..... dengan tenang aku tanya kenapa? Dia bilang soalnya
afina baik banget. Aku bilang boleh tapi nanti kalau sudah besar
yah, kalau masih sekolah berteman aja. Setelah aku konfirm sama guru
sekolahnya ternyata Afina adalah salah satu murid favorit di
kelasnya karena anaknya ramah, mau bermain dengan siapa saja
termasuk dengan anak laki-laki dan senantiasa berinisiatif untuk
mengajak bermain. Permainan apa saja, termasuk manjat-manjat di
panjatan monyet yang ada di sekolahnya.Nggak heran kalau ihsan
ngefans soalnya sebagai anak yang pemalu dia jarang berinisiatif
untuk mengajak teman.
Wah... senangnya bisa akrab dan berbagi cerita dengan anakku.
Harapanku sederhanaku yang lain adalah dia akan tetap berbagi cerita
dan cita-citanya denganku, ibunya, sampai besar nanti. Amin.
Salam hormat untuk Pak Ihsan dan semua orang tua shalih.
Selamat berjuang.
Wassalamu'alaikum,wr,wb.
Liz.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar